180 Sampel Uji Test Swab Kembali Dikirim ke Jakarta.

Dua ruangan laboratorium untuk pemeriksaan uji test swab milik Fakultas Kedokteran (FK ) Unsyiah dan Labor Penelitian Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Aceh mengalami overlood akibat melonjaknya pasien terkomfirmasi covid 19 dalam sepekan ini.

Akibatnya sebanyak 180 sampel uji test swab terpaksa harus dikirim ke Jakarta. Kondisi ini akan membuat terlambatnya terkait informasi tentang seseorang itu positif atau negatif hasilnya. Hal tersebut dibenarkan oleh Koordinator Pelayanan Tim PIE Covid 19 RSUZA, dr Novina Rahmawati, M.Si.Med., Sp.THT.KL., FICS awak media  Jumat (7/8/2020) bahwa sample Uji Test Swab di kirim ke Jakarta.

Menurut dr Novina, RSUDZA selama ini sejak 27 Juli 2020 hingga 7 Agustus 2020 sudah bekerjasama dengan Laboratorium FK Unsyiah dan Lab Litbangkes Aceh, kini penyebaran virus Covid-19 terjadi peningkatan dan pemeriksaan sampelnya pun juga sangat signifikan.

Ada beberapa hasil PCR RSUDZA yang diperiksa di Litbangkes Aceh kini belum mendapat hasil yakni Sample dari 27 Juli sampai terakhir 2 Agustus 2020. “Semua itu dikarenakan ada trouble di Litbangkes Aceh, akhirnya semua sampel itu dikirim ke BBLK Jakarta,” terangnya.

Sementara  RSUDZA setiap hari melakukan tracking dan tes terhadap petugas dan pasien terpapar serta yang sedang dirawat. sejak 2 Agustus 2020 tidak lagi mengirim sampel ke Litbangkes Aceh, sehingga sampel tersebut dialihkan ke Lab FK Unsyiah.

Namun, pada hari Jumat 7 Agustus 2020 kondisi Lab FK Unsyiah juga tidak bisa menerima lagi sampel dari RSUDZA,dimana akhirnya sample tersebut dikirim ke BBLK Jakarta sebanyak 180 sample. 

Kesulitan dalam pemeriksaan RT PCR dan keterlambatan keluar hasil PCR tentu saja membawa dampak kurang baik bagi tenaga kesehatan dan pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.

Kondisi ini, menurut Novina menyebabkan timbulnya sebuah ketidakpastian sehingga harus isolasi atau kembali bekerja terhadap tenaga kesehatan yang bertugas. “Ini juga berimbas kurangnya jumlah dokter jaga dan perawat, sehingga sejumlah ruang rawatan terpaksa di marger,” tambahnya.

Dampak lain sambung Novina lagi, yang dirasakan dalam perawatan pasien yang membutuhkan tindakan operatif atau hemodialisa dan tindakan lainnya yang harus tertunda sampai ada kepastian sehngga pasien tersebut tidak tertular Covid 19.(*)